BAB I
PENDAHULUAN
Bahasa
memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagai alat komunikasi
secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara tulisan,
di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat dituntut
secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan
sosial secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan
tersebut, bahasa berfungsi sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan
penyampaian berita atau materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat
menggunakan media tersebut secara baik dan benar .
Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa,disinilah
peraturan baku tersebut di gunakan,
dalam hal ini kita selaku warga Negara yang baik hendaknya
selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan Indonesia yang baik
dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi
dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar
dalam mengatur etika berbahasasecara tertulis sehingga diharapkan informasi
tersebut dapat di sampaikan dan di fahami secara komprehensif dan terarah.
Dalam prakteknya diharapkan aturan tersebut dapatdigunakandalam keseharian
Masyarakat sehingga proses penggunaan
tata bahasa Indonesia dapat digunakan secara baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
Metode dan pembelajaran menulis permulaan
a.
Metode Eja
Metode eja di dasarkan pada pendekatan harfiah,
artinya belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan
menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan
huruf-huruf. Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari huruf
lepas, dengan langka-langkah sebagai berikut:
1). Menulis huruf lepas
2). Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata
3). Merangkaikan suku kata menjadi kata
4). Menyusun kata menjadi kalimat (Djauzak, 1996:4)
b.
Metode kata lembaga
Metode
kata lembaga di mulai mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1). Mengenalkan kata
2). Merangkaikan kata antar suku kata
3). Menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya
4). Menggabungkan huruf menjadi kata (Djauzak,
1996:5)
c.
Metode Global
Metode
global memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan dengan membaca kalimat
secara utuh yang ada di bawah gambar. Menguraikan kalimat dengan kata-kata,
menguraikan kata-kata menjadi suku kata (Djauzak, 1996:6).
d.
Metode SAS
Menuryut (Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian
metode SAS adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang
didalamnya terkandung unsur analitik sintetik. Metode SAS menurut
(Djuzak,1996:8) adalah suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan
atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampil
cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik
pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf,
kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari
huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang
tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti (Subana). Proses operasional
metode SAS mempunyai langkah-lagkah dengan urutan sebagai berikut:
a.
Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.
b.
Analitik yatu melakukan proses penguraian.
c.
Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur semula.
Demikian langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam pembelajaran menulis permulaan dengan metode SAS, sehingga
hasil belajar itu benar-benar menghasilkan struktur analitik sintetik (Subana:176).
Definisi Ejaan
Ejaan
adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi, bagaimana memenggal
suku kata, dan bagaimana menggabungkan kata-kata.
Ejaan Terdiri dari:
Ø Ejaan Baku adalah ejaan yang benar.
Ø Ejaan tidak baku adalah ejaan yang tidak benar atau
ejaan yang salah.
Untuk
mengetahui bahwa kata pada kalimat yang kita tulis tidak menyalahi aturan ejaan
baku dan ejaan tidak baku cukup dengan membuka buku kamus Bahasa Indonesia.
Contohnya, Kamus Besar Bahasa Indonesia karangan Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Contoh ejaan baku dan ejaan tidak
baku, dimana yang sebelah kiri adalah salah dan yang sebelah kanan adalah betul
:
Apotik
|
Apotek
|
Hadist
|
Hadis
|
Nomer
|
Nomor
|
Atlit
|
Atlet
|
Ijin
|
Izin
|
Obyek
|
Objek
|
Azas
|
Asas
|
Imajinasi
|
Imaginasi
|
Ramadhan
|
Ramadan
|
Azasi
|
Asasi
|
Insyaf
|
Insaf
|
Rame
|
Ramai
|
Bis
|
Bus
|
Jaman
|
Zaman
|
Rapor
|
Rapot
|
Do’a
|
Doa
|
Kalo
|
Kalau
|
Sentausa
|
Sentosa
|
Duren
|
Durian
|
Karir
|
Karier
|
Trotoar
|
Trotoir
|
Gubug
|
Gubuk
|
Kongkrit
|
Konkret
|
Urgent
|
Urgensi
|
Dan berikut inilah sebagian contoh
dari bentuk ekstra ilmu pengetahuan ejaan yang disempurnakan (EYD) :
Kreatifitas
|
Kreativitas
|
Sportifitas
|
Sportivitas
|
Kreativ
|
Kreatif
|
Sportiv
|
Sportif
|
Aktifitas
|
Aktivitas
|
Produktifitas
|
Produktivitas
|
Aktiv
|
Aktif
|
Produktiv
|
Produktif
|
Jadi intinya
dalam bentuk EYD ini, jika dalam kata asli, kita hanya menggunakan F di akhir
kalimat, bukan V. Namun jika kata asli tersebut diimbuhkan, maka wajib
menggunakan huruf V, bukan F.
PADA GARIS
BESARNYA EJAAN TERBAGI ATAS:
1. Pemenggalan Kata
Jika di
tengah kata ada tiga buah konsonan atau lebih, pemenggalan dilakukan di antara
huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
ü In-stru-men, ul-tra, in-fra, bang-krut, ben-trok, ikh-las.
Imbuhan
awalan dan akhiran termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta
partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal
pada pergantian baris.
Misalnya:
ü Makan-an, me-rasa-kan, mem-bantu,
pergi-lah.
2. Pemakaian Huruf Kapital Dan Huruf Miring
Huruf
Kapital
2.1 Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama petikan langsung.
2.2 Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan
kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
2.3 Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
diikuti nama orang.
2.4 Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat.
2.5 Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama unsure-unsur nama orang.
2.6 Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah.
2.7 Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama geografi.
2.8 Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu,
saudara, kakak, adik, dan paman, yang dipakai, dalam penyapaan dan pengacauan.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam
pengacauan atau penyapaan.
Huruf Miring
1. Huruf miring dipakai untuk
penulisan nama buku, majalah, dan surat kabar.
2. Huruf miring dipakai untuk
penulisan kata atau istilah asing.
3. Huruf miring dipakai untuk
penulisan kata yang ditegaskan/dipentingkan kalimat.
3. PENULISAN KATA
3.1. Imbuhan (awalan, sisipan,
dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya:
ü bergeletar, dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan.
3.2. Jika bentuk dasar berupa
gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya:
ü bertepuk tangan, garis bawahi, menganak sungai, sebar
lauskan.
3.3. Jika bentuk dasar
yang berupa gabungan kata mendapatkan awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya:
ü menggarisbawahi, menyebar-luaskan, dilipatkandakan,
penghancur-leburan.
3.4. Jika salah satu
unsure gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Misalnya:
ü adipati, aerodinamika, antarkota, anumerta, audiogram,
awahama, biokimia.
3.5. Gabungan kata
berikut ditulis serangkai.
Misalnya:
ü acapkali, adakalanya, akhirulkalam, Alhamdulillah,
astaghfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah, beasiswa,
belasungkawa, bumiputra, daripada.
4. PEMAKAIAN TANDA BACA
4.1. Tanda Titik ( . )
a. Tanda titik tidak dapat dipakai
di belakang
1. alamat pengirim dan
tanggal surat atau
2. nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
ü Yth.Sdr.Moh.Tirmizi (tanpa titik)
ü Jalan Matraman 524 (tanpa titik)
ü Palembang (tanpa titik)
4.2. Tanda Koma ( , )
4.2.1. Tanda
koma dipakai di antara unsure-unsur dalam suatu perincian pembilangan.
Contoh:
ü Tika membeli tas, pena, dan tinta.
4.2.2. Tanda koma
dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan.
Misalnya:
ü Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
ü Tika bukan anak saya, melainkan anak Pak Mizzi.
4.2.3. Tanda koma dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului
induk kalimatnya.
Misalnya:
ü Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
ü Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
Tanda koma tidak dipakai untuk
memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi
induk kalimatnya.
Misalnya:
ü Tika tidak akan datang kalau hari hujan.
ü Mizzi lupa akan janjinya karena sibuk.
4.2.4. Tanda koma dipakai di
belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal
kalimat; termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun
begitu, akan tetapi.
Misalnya:
ü Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
ü Jadi, soalnya tidak semudah itu.
4.2.5. Tanda koma dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
ü Kata ibu, “Saya gembira sekali”.
ü “Saya gembira sekali,” kata ibu, “karena kamu lulus”.
4.2.6. Tanda koma dipakai di antara
nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
ü B. Ratulangi, S.E. Ny. Khadijah, M.A
4.2.7. Tanda koma dipakai untuk
mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
ü Guru saya, Pak Mizzi, pandai sekali.
ü Di daerah kami misalnya, masih banyak orang laki-laki yang
makan sirih. Semua sisqa, bak laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti
pelatihan paduan suara.
5. TANDA HUBUNG ( - )
5.1.Tanda hubung menyambung
unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
ü anak-anak, berulang-ulang,
kemerah-merahan.
5.2.Tanda hubung boleh dipakai untuk
memperjelas (i) hubungan bagian-bagian atau ungkapan, dan (ii) penghilangan
bagian kelompok kata.
Misalnya:
ü ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (20x5000).
Bandingkan
dengan:
ü be-revolusi, dua-puluh-lima-ribuan (1x25000).
5.3. Tanda hubung dipakai
untuk merangkaikan (i) se- dengan
kata berikutnya yang dimulai dengan huruf capital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan –an, (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan
(v) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
ü se-Indonesia, se-JawaBarat,
hadiah ke-2, tahun 50-an,
ü mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri Sekretaris
Negara.
5.4. Tanda hubung dipakai
untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan bahasa asing.
Misalnya:
ü di-smash, pen-tackle-an.
6. ANGKA DAN LAMBANG BILANGAN
6.1. Penulisan lambing bilangan tingkat
dapat dilakukan dengan cara berikut:
Misalnya:
ü Paku Buwono X; pada awal abad XX; dalam kehidupan pada abad
ke-20 ini; lihat bab II; pasal 5; dalam bab ke-2 buku itu; di daerah tingkat II
itu; di tingkat kedua gedung itu; di tingkat ke-2 itu; kantor di tingkat II
itu.
6.2. Lambang bilangan yang dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa
lambing bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan
pemaparan.
Misalnya:
ü Mizzi menonton drama itu sampai tiga kali.
ü Tika memesan tiga ratus ekor ayam.
6.3. Lambang bilangan pada awal kalimat
ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilagan yang
tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal
kalimat.
Misalnya:
ü Lima belas orang tewas dalam
kecelakaan itu.
ü Pak Mizzi mengundang 240 orang tamu.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN
SARAN
Kesimpulan
Membaca
merupakan suatu proses yang bersifat fisik dan psikologis. Proses yang bersifat
fisik berupa kegiatan mengamati tulisan secara visual. Dengan indera visual,
pembaca mengenali dan membedakan gambar-gambar bunyi serta kombinasinya. Sedangkan
menulis adalah proses mengungkapkan gagasan, pikiran dan perasaan dalam
bentuk tulisan.
Dari semua metode yang ada, metode
yang paling efektif diterapkan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis
pada anak SD dikelas rendah adalah metode SAS, yaitu suatu pendekatan cerita di
sertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur analitik sintetik. Namun
metode SAS ini juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu:
- Kurang praktis
- Membutuhkan banyak waktu
- Membutuhkan alat peraga
Saran
Hasil penulisan ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran membaca
dan menulis. Dalam proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan dikelas 1
SD hendaknya guru dapat menerapkan metode SAS.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar